HANYA SEBUAH SURAT

(3.24.2011)

Kepada
Rekan-rekan, kawan-kawan, saudara/saudari, adik-adik, kakak-kakak
Mahasiswa/i

Yang Terhormat


Apa kabar ?
Semoga kalian sehat-sehat saja dan senantiasa berada dalam kondisi yg baik-baik saja.

Ok, saya pikir basa-basi diatas sudah cukup dan sudah sesuai standar pembuka sebuah persuratan resmi kalau pun ternyata belum memenuhi standar saya minta maaf.
Baiklah, kita langsung ke pokok permasalahan. Jujur saya katakan bahwa sekarang saya bigung melihat kalian. Dulu mungkin saya masih bisa berprasangka baik pada kalian, kalian itu cerdas … atau revolusioner … bahkan mungkin radikal. Tapi itu dulu, sekarang saya tidak bisa lagi … sekarang saya tak yakin lagi dengan apa yang dulu saya sangkakan atas kalian. Hal ini wajar saja jika bercermin dari kasus “Benteng Somba Opu”. Bisa dimaklumi kalau kalian tidak peduli dengan perampasan tanah petani takalar atau perampasan tanah masyarakat pandang raya, tapi tentu lain halnya dengan “Benteng Somba Opu” (meski sebenarnya kasus-kasus ini tidak bisa dilihat saling terpisah karena sebenarnyalah secara substansial adalah satu kesatuan). Coba kalian beri sedikit ruang pada ingatan anda, sudah berapa kali “Benteng Somba Opu” kalian manfaatkan untuk berbagai kepentingan ? Kalau kalian tidak bisa menyebutkan minimal “satu kali” maka sebaiknya anda segera konsultasi ke dokter ahli saraf atau psikiater karena saya yakin anda mengalami gangguan ingatan yang akut. Jika kalian tak mampu lagi menganalisa secara menyeluruh paling tidak kalian tahu diri, kalian seharusnya sadar betapa kalian berhutang budi pada “Benteng Somba Opu” … dan seharusnya kalian malu jika tinggal diam dan berpangku tangan melihat “Benteng Somba Opu” dirampas dari kita, dan diubah dari “Ruang Publik Terbuka” menjadi “Ruang Publik Berbayar - sengaja memakai istilah ini untuk menghindari penyebutan privatisasi”.
Jika terhadap “Benteng Somba Opu” (sebagai ruang publik terbuka, tempat belajar) saja kalian tidak peduli, maka saya ragu jika kalian masih punya kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan kehidupan ini.

Oh iya, sebelum saya mengakhiri surat ini saya ingin mengatakan kepada kalian … sebelum kalian menilai dan menduga-duga kepentingan saya, saya katakan kepada kalian bahwa “tak ada kepentingan politik dibalik ini semua, semua ini hanyalah sebentuk ungkapan rasa tanggung jawab dan upaya membayar hutang budi saya kepada “Benteng Somba Opu” yg telah memberi saya tempat untuk belajar, yg telah memberi saya kesempatan untuk menghirup udaranya, yg telah memberi saya izin untuk menikmati pemandangan serta kesunyiannya. Dan terakhir, karena saya masih punya ingatan tentang kepingan-kepingan cerita tentang Benteng Somba Opu yg menjadi bagian dalam hidup saya.”


NB : Jangan berpikir kalau saya ini apa, saya bukanlah apa-apa. Terima kasih atas kesedian anda meluangkan waktu anda yang saya yakin sangat berharga untuk sekedar membaca tulisan ini. Sekali lagi TERIMA KASIH BANYAK.


Salam


Dari Sebuah Tempat Di Dunia Nyata

Posted in