Pengorbanan

(11.27.2009)

Jangan lagi berpikir berlebihan terkait dengan bentuk-bentuk pengorbanan saat ini !



Hampir dalam semua kebudayaan dan kepercayaan-kepercayaan ada sebuah ritual pengorbanan yg sakral dan berdimensi spiritual. Bentuk-bentuk ritual pengorbanan inipun menuntut keikhlasan sebagai manifestasi keyakinan akan ritual pengorbanan tersebut.

Namun, sejak manusia menggunakan uang maka ritual pengorbanan tak lagi sakral dan sudah sangat jauh dari dimensi spiritual. Uang yang pada awalnya hanya untuk mempermudah manusia dalam melakukan transaksi-transaksi ekonomi kini betul-betul telah mempermudah manusia dalam berbagai hal, termasuk ritual-ritual kebudayaan dan kepercayaan. Ritual pengorbanan juga tak luput dari sentuhan kemudahan uang. Uang telah hadir di tengah-tengah ritual pengorbanan dan kehadirannya sungguh-sungguh telah mempermudah ritual pengorbanqan dan ini tentunya sangat berkesesuaian dengan kegunaan uang dan sama sekali tidak melenceng dari fungsi uang itu sendiri.
Pengorbanan yang biasanya dekat dengan sesuatu yang paling dicintai sebagai konsekuensi atas kepercayaan yang diyakini kini tidak lagi menuntut hal itu. Meski ada kehadirann uang yang tidak secara langsung namun jika diuraikan secara terperinci maka akan terlihat betapa peran uang sangat besar didalamnya dan sangat mempermudah dalam melakukan ritual pengorbanan.
Awalnya mungkin hanya bertujuan mempermudah namun pada gilirannya kemudahan itulah yang menjadi prioritas bahkan tujuan. Tak ada lagi kesakralan karena semua sungguh sangat mudah, tak ada lagi keikhlasan karena pengorbanan tak berhubungan lagi dengan sesuatu yang sangat dicintai, kalaupun ada argumen bahwa pengorbanan saat ini tetaplah memerlukan keikhlasan hal ini ada benarnya jika posisi uang saat ini memanglah sesuatu yang sangat dicintai. Jika memang uang telah menjadi sesuatu yang sangat dicintai maka semuanya sudah sangat jelas, pengorbanan tak lagi berdimensi spiritual. Jika tidak demikian adanya maka untuk melihat keikhlasan manusia saat ini, pengorbanan yang harus dilakukan adalah pengorbanan jiwa dan raga (atau diri manusia secara totalitas) sebab jika bukan uang maka jiwa dan raga manusialah yang menjadi hal yang paling dicintai manusia-manusia saat ini.

…......

berapa harga seekor kambing ?

Saya bisa membeli seekor kambing sesuai dengan kemampuan saya untuk menunaikan ritual pengorbanan sebagai konsekuensi dari keyakinan saya dan saya ikhlas se-ikhlas ikhlas-nya.

…...... hahahahahahahahahahaha … sudahlah semua tak lagi berarti saat ini


Sumber Inspirasi :
Hari Perayaan Hari Raya Idul Qurban 2009
Kehidupan yang telah aku jalani
Buku “Sejarah Uang” Karya Jack Weatherford

Posted in

MUDIK (semoga saja)

(9.18.2009)

Beberapa hari lagi Lebaran, berduyun-duyun orang pulang ke kampung halaman tempat dimana secara biologis mereka dilahirkan. Mengunjungi orang tua, saudara, kerabat dan tetangga biologis mereka. Melihat itu semua sebuah pertanyaan muncul di kepala saya, adakah yang mudik ke kampung halaman jiwanya ? Tempat dimana jiwa murninya lahir. Tempat dimana jiwanya yang suci, liar dan genit masih terpelihara. Tempat dimana jiwanya belum tercemari oleh etika, moral, dan segala macam aturan yang diciptakan manusia untuk menguasai dan mengontrol yang lain. Tempat dimana segala macam peradaban belum mengotorinya.
Mungkinkah ada manusia yang mudik ke sana ? mungkinkah ada manusia yang pulang ke kampung halaman jiwanya, menziarahi orang tua jiwanya ?

Sesampai di kampung halaman tempat dimana secara biologis mereka dilahirkan, orang-orang bercerita banyak kepada bapak, ibu, saudara, kerabat, tetangga, teman-teman mereka tentang perjalanan hidupnya di perantauan. Mereka menceritakan pahit-getir kehidupan di perantauan. Mereka terkadang menangis atau tertawa di sela-sela cerita mereka. Begitulah romantisme pulang ke kampung halaman dimana mereka diliharkan secara biologis, namun adakah orang-orang yang kembali ke orang tua jiwanya sembari bercerita tentang pahit-getirnya kehidupan mereka sembari menangis atau tertawa ?

Semoga banyak jiwa-jiwa yang pulang ke kampung halamannya bertemu orang tua jiwa mereka dan semoga jiwa itu adalah jiwa-ku, jiwa-mu dan jiwa kita semua. Semoga jiwa-jiwa yang kembali tidak menjadikan kepulangan yang membahagiakan itu sebagai sesuatu yang semu seperti semu-nya kebahagiaan ketika pulang ke kampung halaman dimana mereka dilahirkan secara biologis.

Semoga saja

***

Ini semua secara subjektif terlintas di pikiran kotorku saat menempuh perjalanan pulang ke rumah, diatas sebuah angkot sembari memperhatikan kesibukan orang-orang mempersiapkan diri menyambut lebaran. Hadir di sela-sela gambaran wajah-wajah lugu dan polos kemenakan-kemenakanku yang tak ku ketahui kelak mereka akan jadi apa, yang tak ku ketahui zaman yang nantinya akan mereka hadapi, yang tak ku ketahui kehidupan yang bagaimana yang akan mereka tempati hidup nantinya. aku hanya berharap jika mereka tak dapat atau tak ingin mengambil peran memperbaiki dunia yang rusak ini, semoga mereka tidak menjadi sumber bencana dan kehancuran bagi kehidupan ini.

Semoga saja

By : anonim*

* identitas penulis ada pada administrator

Posted in

Berbicara di Universitas Lehigh minggu kemarin (tahun 2007), pendiri Free Software Foundation Richard Stallman mendorong audiennya untuk menjadikan open source tidak hanya prinsip dalam berkomputer, namun juga menjadikannya sebagai gaya hidup.

Memakai software komersial proprietary menyebabkan "user terpecah karena kita tidak dapat menggandakannya untuk membantu tetangga kita atau tidak berdaya karena kita tidak bisa melihat isi source codenya", imbuh Stallman. Richard Stallman sendiri mengaku dirinya tidak memiliki MP3 Player bahkan telpon selular. Kenyataannya, visionaris teknologi sekelas dirinya bahkan tidak menggunakan program - program komputer yang hampir kebanyakan orang pakai. Dalam cara pandang Stallman yang menyebabkan dirinya hanya memakai program free atau bebas copy saja, memandang file MP3 menjadi bermasalah karena player yang benar-benar free belum tersedia. "Saya mendengarkan audio CD", kata Stallman. Tentang telpon selular yang menggunakan software prorietary dia mengatakan, "Anda seharusnya tidak memakainya, bukan karena softwarenya saja, tapi juga karena telpon selular adalah peralatan yang dapat dilacak, bahkan ketika dimatikan sekalipun".
Ketika dia memulai Free Software Foundation pada tahun 1985, dan menulis apa yang kemudian disebut manifesto dari Gerakan Free Software, saat itu gerakannya tidak memiliki musuh. Namun kini keadaannya telah berubah, ada banyak pencela dan penentang di luar sana. Bahkan di dalam komunitas GNU/Linux sendiri, ada yang mengkombinasikan proprietary dan free software dalam paketnya, yang membuat kabur garis batas etis yang memisahkan antara program free dan proprietary, tandasnya. Richard Stallman sendiri tidak menyukai hal ini. Baginya hanya sedikit distribusi GNU/Linux yang benar benar berisi free software tanpa proprietary software. Tiga diantaranya yg dia sebutkan adalah distro Ututo, Blag dan gNewSense.

Sumber Artikel : Majalah-Linux #1
Sumber Asli : LinuxInsider

Posted in

Bulan ini di lingkaran rtmcode di dunia maya setidaknya ada 2 hal yang dapat dijadikan inspirasi, utamanya para pengunjung setia blog komunitas tanah merah. pertama kru tm Ismail amin, penulis produktif, kembali menyemangati kita, lewat tulisannya yang dimuat di
portal tribun timur. Berikut kutipan singkatnya.

Khutbah-khutbah perlawanan Imam Khomeini kembali diperdengarkan, di antaranya yang paling sering adalah khutbah tahun 1963 yang membuatnya harus terbuang ke Turki, "Demi Allah, berdosalah orang yang tidak mau protes! Demi Allah, berdosa besar orang yang tidak mau berteriak, Adakah yang lebih buruk dari keterjajahan?

Begitu memasuki Februari, rakyat Iran disibukkan oleh hari-hari peringatan revolusi. Hari kemenangan revolusi Islam 30 tahun lalu, bertepatan dengan 11 Februari tahun 1979, dalam penanggalan Iran tanggal 22 Bahman 1357 HS.
Suasana gegap gempita dimulai dari sepuluh hari sebelumnya, yang merupakan hari kedatangan Imam Khomeini di Iran setelah pengasingannya di Perancis. Di seluruh pelosok negeri rakyat Iran melantunkan senandung kemenangan, Istiqlal, Ozodi, Jumhuri-e Islami (Independensi, Kebebasan dan Republik Islam).
Gerakan massa yang dipimpin Imam Khomeini berhasil menumbangkan kekuasaan Rezim Syah Pahlevi. Kemenangan itu sekaligus membuktikan kekuataan massa tanpa senjata melawan rezim yang terkuat di Timur Tengah kala itu.
Kemenangan revolusi Islam membuka lembaran baru bagi negara ini. Rakyat Iran memasang gambar-gambar Imam Khomeini, gambar para syuhada dilengkapi kata-kata perlawanan terhadap berbagai macam kezaliman dan penindasan.
Bendera Iran yang di tengahnya bertuliskan kalimat La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah) berkibar di mana-mana. Suasana revolusi 30 tahun silam memang sangat heroik, dan sulit untuk dilupakan rakyat Iran.
Jutaan orang turun ke jalan dalam mobilisasi massa terbesar sepanjang sejarah revolusi-revolusi dunia, berhadapan dengan kekuatan militer terkuat kelima di dunia. Dalam pertempuran demi pertempuran sebelum dan pasca revolusi lebih dari satu juta rakyat Iran yang menjadi syuhada akibat perang revolusi ini.
Kekuatan kolosal kaum ploretar yang tak pernah menjadi perkiraan pengamat politik, menjatuhkan rezim dinasti yang sempat dirayakan hari jadinya yang ke 2.500 tahun 1971 oleh Syah Pahlevi. Revolusi ini juga dikenal dengan sebutan Revolusi Bunga, sebab rakyat Iran menghadapi kekuatan militer Syah dengan lontaran bunga.
Pada saat itu, Michel Foucault (cendekiawan Perancis) yang berada di Teheran menulis sebuah artikel berjudul, Mimpi Apa yang Dibayangkan Warga Iran. Disebutkannya, 10 bulan rakyat Iran berhadap-hadapan dengan rezim yang memiliki persenjataan paling lengkap dan personel polisi yang paling mengerikan di dunia. Itupun dengan tangan kosong dan tanpa melakukan perlawanan senjata, serta dengan keberanian dan tekad besar yang akhirnya mampu memukul militer.
Dalam Revolusi Iran , agama menjadi poros dan motor penggerak perjuangan dan pengorbanan bangsa Iran . Pierre Blanche, wartawan Perancis yang melihat langsung partisipasi epik masyarakat Iran sekan-akan tidak percaya dan menyebut Revolusi Iran adalah Revolusi para Malaikat.
selengkapnya baca "> disini


Kedua, Noam Chomsky dikenal luas karena kritikannya terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan karya-karyanya sebagai seorang ahli linguistik. Yang justru kurang dikenal darinya adalah dukungannya yang terus menerus bagi tujuan-tujuan sosialis libertarian. Dalam wawancara khusus dengan Red and Black Revolution (RBR), Chomsky memaparkan pandangannya mengenai Anarkisme dan Marxisme, dan prospek sosialisme kini. Wawancara ini dilaksanakan pada bulan Mei 1995 oleh Kevin Doyle. berikut kutipan singkat wawancaranya

RBR: Pertama, Noam, Anda sudah cukup lama menjadi penganjur ide-ide anarkis. Banyak orang cukup akrab dengan kata pengantar yang Anda tulis pada tahun 1970 untuk Anarchism, tulisan Daniel Guerin, namun, baru-baru ini, misalnya dalam film Manufacturing Consent, Anda mengambil kesempatan untuk menunjukkan kembali potensi anarkisme dan ide-ide anarkis. Apa sih yang membuat Anda tertarik pada anarkisme?

CHOMSKY: Saya tertarik pada anarkisme sejak masih muda, segera setelah saya mulai berpikir tentang dunia melampaui secara lebih luas, dan saya belum melihat alasan yang cukup untuk mengubah pemikiran awal saya tersebut. Saya pikir, adalah benar untuk mencari dan mengidentifikasi struktur kekuasaan, hirarki dan dominasi dalam semua aspek kehidupan, dan untuk menentangnya; kecuali ada pembenaran yang bisa diberikan terhadap hal tersebut, struktur-struktur tersebut tidak sah, dan harus dihancurkan, untuk meningkatkan lingkup kebebasan manusia. Itu mencakup kekuasaan politik, kepemilikan dan manajemen, hubungan laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak, kontrol kita terhadap nasib generasi mendatang (dorongan moral mendasar di belakang gerakan lingkungan hidup, menurut pandangan saya), dan masih banyak lagi. Tentu saja ini merupakan tantangan terhadap institusi raksasa koersi dan kontrol: Negara, tirani privat yang tidak bertanggung jawab yang mengendalikan hampir seluruh ekonomi, dan sektor-sektor lain, domestik dan luar negeri. Tapi, tidak hanya itu saja. Itu adalah apa yang selalu saya anggap sebagai inti anarkisme: keyakinan bahwa beban pembuktian mesti diletakkan di pundak otoritas. Bila tak dapat membuktikan argumen keberadaannya, otoritas tersebut harus dihancurkan. Kadang-kadang beban tersebut dapat dipenuhi. Jika saya sedang berjalan-jalan dengan cucu-cucu saya dan mereka tibatiba berlari ke tengah jalan yang ramai, saya akan menggunakan tidak saja otoritas, melainkan juga paksaan fisik untuk menghentikan mereka. Tindakan tersebut harus ditantang, namun saya pikir, tindakan tersebut dapat menjawab tantangan tersebut. Dan terdapat pula berbagai kasus lain; kehidupan merupakan sesuatu yang kompleks, kita memiliki sangat sedikit pemahaman terhadap manusia dan masyarakat, dan pernyataan yang luas pada umumnya lebih mungkin salah daripada benar, bahkan bisa membahayakan. Namun perspektif ini tetaplah valid, menurut saya, dan bisa membantu kita cukup banyak.

Di luar generalisasi semacam itu, kita bisa mulai melihat permasalahan, dan di situlah pertanyaan mengenai kepentingan manusia dan keperdulian mulai muncul.
yang berminat membaca hingga tuntas wawancaranya silahkan kunjungi
pustaka otonomis

bukanji admin

Posted in

Demokrasi adalah konsep yang sangat tua yakni Abad ke-6 sebelum Masehi sampai dengan pertengahan abad ke 4 sebelum Masehi dan di praktekkan di polis-polis (Negara kota) di Athena dan sekitarnya. “People” dalam konteks Yunani Kuno adalah warga Negara laki-laki.
Demokrasi yang dikenal sekarang adalah perpaduan dari dua konsep yang sama sekali berbeda. Pertama, konsep demokrasi (demos dan cratein) yang memang berakar dari tradisi Yunani Kuno dan Kedua, konsep representasi yang berakar dari sistem feodal. Kedua hal ini menghasilkan apa yang disebut dengan Representative Democracy atau demokrasi perwakilan. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga ini berkembang menjadi salah satu kamar dalam parlemen negara-negara, seperti kelihatan nyata-nyata dalam parlemen tertua di dunia, yakni House of Commons dalam Parlemen Inggris.

Agenda pembangunan demokrasi di banyak negara Dunia Ketiga saat ini tidak bisa dilepaskan dari proyek globalisasi ekonomi yang dimotori oleh negara-negara maju (Barat), yang secara aktual semakin mempolarisasi dunia ke dalam ruang-ruang ketidakadilan dan ke-tidaksetara-an (global spaces of injustice and inequality). Berbagai rezim pemerintahan di Dunia Ketiga menyepakati kepentingan untuk memfasilitasi tumbuhnya institusi dan praktek demokrasi yang memungkinkan ruang yang lebih luas bagi intervensi negara-negara Dunia Pertama sebagai pemberi donor dari proyek pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga itu. Secara khusus, intervensi ini mewakili kepentingan ekonomi untuk mengorientasikan negara-negara Dunia Ketiga berintegrasi ke dalam sistem pasar global meskipun kondisi yang memungkinkan bagi proses integrasi itu tidak setara. Menurut Noam Chomsky (1996), kondisi ketidaksetaraan dalam globalisasi ini merupakan suatu agenda imperialisme mutakhir yang secara ironis difasilitasi oleh kanal-kanal (saluran) demokrasi dimana rezim pemerintahan terpilih sebagai representasi dari konsituennya. Jadi dapat dikatakan, efek politik representasi sangat memungkinkan membuka peluang bagi praktik-praktik demokrasi yang distorsif.

Demokrasi kerap disamakan dengan pemilu. Indonesia yang dianggap sebagai penyelenggara demokrasi “tersukses” sejak pemilu 2004. namun bersamaan dengan predikat tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat, ketidakpedulian pemerintah terhadap warga negara semakin nyata. Dan negara seolah tak peduli dengan warganya. Pemerintah lebih sibuk menjamu para investor/ pemodal, menyediakan hidangan undang-undang, regulasi dan semacamnya daripada memenuhi hak konstituennya. Benarkah demokrasi hanya melahirkan kesengsaraan bagi masyarakat ?, hanya sebagai alat eksploitasi rakyat dan sumber daya alam.
Fenomena-fenomana yang terjadi semakin meneguhkan pandangan banyak kalangan bahwa Power tends to corrupt. Demokrasi perwakilan tidak mungkin dilaksanakan tanpa distorsi. Ketika para wakil rakyat sudah duduk di parlemen, maka mereka memiliki kepentingan yang relatif berbeda dari kepentingan yang diwakilinya. Seringkali, mereka berpendapat bahwa mereka lebih mengetahui apa yang terbaik untuk para pemilihnya. Hal ini akan mendistorsikan aspirasi. Ada beberapa alternatif yang dapat dijadikan wacana selain demokrasi perwakilan. upaya untuk meminimalisir distorsi aspirasi yaitu inisiasi warga, referendum dan recall. Alternatif lain yang harus dilakukan untuk mengkompensasi distorsi aspirasi dalam Demorasi Perwakilan adalah lembaga Promulgasi. Kira-kira, promulgasi itu sama dengan ketika para pengawal raja pada zaman kolonial pergi ke tengah pasar, membunyikan terompet dan membuka gulungan kertas serta mengumumkan titah raja kepada khayalak ramai. Alternatif lain adalah anarkisme.
Berlainan dengan anggapan umum bahwa anarkisme adalah keadaan kacau balau, a-narchos berarti tanpa penguasa. Dalam filosofi anarkisme, istilah ini dipergunakan secara positif untuk menggambarkan masyarakat tanpa penguasa dan tanpa hukum yang segala sesuatunya diusahakan bersama secara sukarela.

Selain alternatif-alternatif di atas. yang membutuhkan perjuangan panjang untuk mewujudkannya. Kita dapat belajar banyak dari Eksiklopedia raksasa, Wikipedia. Wikipedia yang diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada tahun 2001 tumbuh dengan pesat. Kisah sukses Wikipedia merupakan contoh nyata dari apa yang disebut sebagai "collective wisdom from the crowd". Dimana, setiap orang dapat menyumbangkan artikel baru, artikel yang ada di Wikipedia dapat disunting dengan mudah. Artinya setiap orang dapat memberikan informasi yang benar atau salah. Namun nyatanya kredibilitas wikipedia tetap terjaga. Apa yang khas dari model sunting dan edit artikel di Wikipedia.

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Wikipedia yaitu, pertama, adanya keragaman pendapat. Kedua,adanya kebebasan berpendapat, namun pendapat seseorang tidak ditentukan oleh pendapat orang-orang disekitar mereka.Tidak seperti kepanikan investor di pasar modal, atau ikutan yel-yel dalam kampanye politik atau demonstrasi. Ketiga, adanya Desentralisasi. Masing-masing orang mampu mengemukakan pendapat berdasarkan local knowledgenya.Ada hak otonom yang dimiliki oleh setiap individu untuk menentukan pendapat, sikap, ekspresi tanpa ada dominasi ataupun anjuran yang sifatnya mengikat dari atasan/pusat, yang mirip-mirip dengan doktrin, surat perintah dan semacamnya. Ciri yang terakhir adalah adanya metode yang baik untuk mengumpulkan pendapat masing-masing orang dan diolah menjadi sebuah KEPUTUSAN KOLEKTIF.
Dengan demikian kita dapat mengurangi tangan-tangan Totalitarianisme.
Pelajar yang baik adalah berupaya mempraxiskan pelajarannya (mail)

Alamyin, pegiat di kios penguin makassar.
o-+

Posted in


Apakah pekerjaan yang lebih mulia, atau yang lebih bernilai bagi Negara,
dari pada mereka yang mengajar generasi yang sedang bertumbuh ?
Cicero

Maafkan saya jika harus memberi judul pada tulisan saya ini dengan Pesan …dst, saya tidak punya pembendaharaan kata selain itu. Iyalah, sangat tidak wajar jika saya, yang masih juga mahasiswa, memberikan pesan kepada mereka yang berprestasi ‘luar biasa’ telah menyandang gelar kesarjanaan dan telah pula diangkat menjadi guru. Setidaknya apa yang saya lakukan ini semoga sudi dijadikan sebagai bahan pemicu refleksi agar kita dapat secara subyektif melihat realitas dunia pendidikan kita sekarang, dan sepakat bahwa masalah pendidikan adalah urusan KITA semua.

Kutulis sepenggal pesan untukmu sahabatku
Dariku yang rindu pengajar-pengajar yang ramah namun berwibawa
Yang tak sudi lagi ditumpulkan otaknya oleh penataran-penataran pesanan
Yang tak lagi berselingkuh dengan penerbit buku untuk dapat obyekan
Yang tak menerima dihinakan dengan gaji yang tak cukup
Yang cinta pada muridnya tak kalah dengan kecintaan ibu pada anak kandungnya
Yang sadar bahwa keunggulan otak meskipun penting tapi bukanlah segala-galanya
Yang sadar bahwa tiap murid punya keunikan yang membedakannya dengan yang lain
Yang memahami proses perkembangan peserta didiknya
Yang mampu mendampingi muridnya untuk menemukan dirinya
Yang kerelaannya berkorban tak lagi dimanipulasi gelar, pangkat dan golongan
Yang iman dan ketaqwaannya mempesonakan dan menjadi teladan untuk murid-muridnya
Sobat, ajarilah mereka menempuh perjalanan menuju Tuhannya
Terimalah mereka dan cintai apa adanya
Jangan pernah larang mereka bermain dan bercanda
Tatap mereka sebagai manusia yang sedang berproses
Bukan celengan apalagi perkutut
Pandanglah mereka sebagai mitra bukan bawahan ataupun babu
Jadilah GURU bukan sekedar PENGAJAR
Pengajar sudah terlampau banyak di negeri ini
Sehingga sulit membedakan mereka dengan tempe
Dan pengajar belum tentu guru…


>>> Pengajar identik dengan pekerjaan yang memiliki masa pensiun yang tahunya hanya mengajar bukan mendidik, sehingga mudah terjebak pada usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya terlebih dulu, lebih sibuk mengejar poin demi kenaikan pangkat dan golongan dan memandang muridnya sebagai bawahan, memfokuskan perhatian pada keunggulan otak murid-muridnya yang dinilai lewat ujian, test dan semacamnya, dan membatasi murid-muridnya hanyalah yang membayar uang sekolah atau uang pengajaran. Sedang guru adalah profesi yang ditekuni sebagai panggilan jiwa dalam mempersiapkan benih-benih kepemimpinan bangsa di masa depan siapapun mereka, mereka menguasai pengetahuan tertentu dengan baik, punya kompetensi tertentu, dan punya sikap professional. Yang menjadi fokus perhatian mereka adalah kebenaran, keadilan, dan cinta kasih dalam pengertian yang seluas-luasnya. Dalam setiap perjuangannya tidak menganggap kedudukan, harta dan kekuasaan sebagai tujuan akhir tetapi menjadikan itu sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia. Mereka tak mengenal kata pensiun, mereka akan terus menabur tanpa henti benih-benih kehidupan masyarakat bangsa dan ummat manusia untuk masa yang akan datang.

Begitulah teman-temanku, alhasil sebagai ‘kaum intelektual’ kita-kita memikul "hutang sejarah" untuk mengamalkan pengetahuan yang telah dikunyah-kunyah. Agar ia tidak berlalu begitu saja tanpa pesan dan kesan. Jika hutang itu tidak jua dilunasi, ia kelak menjadi bayang-bayang hitam yang mengganggu ketentraman batin, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, ia akan selalu mengejar bagai kutukan.
Tulisan ini mengajak kita gelisah dan resah ilmiah. Semoga ia berguna menjadi patron bagi kita tentang frame of reference dan field of experience dalam kancah pergulatan ilmu pengetahuan. Bukannya mengajarkan ilmu hanya sekedar untuk bekerja mencari uang melainkan untuk memanusiakan diri untuk lebih manusiawi dan bermanfaat untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Maafkan kalau ada yang salah dari pesan ini,
Ayo segera jalan kawan ! Kembangkan diri menuju professional ! menjadi hamba yang dicintai dan mencintai… lebih senang memberi daripada menerima, lebih banyak berbuat dari sekedar berbicara..
Yang tidak pelit memuji dan tidak boros menghujat… dan jadilah guru … bukan pengajar
Ilalliqa’, semoga kami bisa segera menyusul, raih sukses dunia untuk akhirat yang abadi….
Wallahu ‘alam bisshawwab

Ismail Amin, sementara di Iran
Pernah ikut-ikutan teman kuliah di UNM

Posted in